Di copy dari wall dinda Indang Islamie 26-1-2016
Seorg pejabat Tiongkok beserta beberapa kolega, ketika bermain di sebuah kota melihat pedagang kuliner disana menyajikan proses penyembelihan trenggiling hidup sampai memanggangnya.
Mereka tertarik dan ingin menyaksikan sendiri seluruh proses penyajian hidangan lezat itu
Konon trenggiling setelah tertangkap krn ketakutan atau defensif, secara naluri & otomatis tubuhnya akan menggulung sendiri dgn sangat erat spt sebuah lingkaran atau bola.
Umumnya proses penjualan trenggiling sbb: Setelah dipilih pembeli, penjual sekuat tenaga akan menarik lurus trenggiling yg meringkuk itu,
selanjutnya dada n perut dibelah, organ dalam dikeluarkan kemudian dicuci bersih, dijepit dgn jepitan besi dan dipanggang di atas bara api sampai semua sisik tebal di tubuhnya rontok.
Ada seorg pemuda penjual memilih trenggiling berbadan gemuk dan dgn ketrampilannya siap menarik lurus trenggiling yg dipegangnya itu.
Namun walau sdh sekuat tenaga ia masih tdk mampu menarik lurus trenggiling itu.
Trenggiling adalah binatang pemakan serangga, terutama
semut dan rayap.
Orang-2 yg menyaksikan merasa heran,
penjual muda itu juga kehilangan muka,
maka dibantinglah trenggiling malang itu ke lantai dgn keras,
sambil menjelaskan trenggiling akan membuka diri jika kesakitan.
Tidak disangka bantingan ber-kali2 itu malah membuat trenggiling meringkuk lebih erat.
Dari mata sipit trenggiling yg semula terlihat ketakutan telah tertutup dgn rapat.
Dari moncongnya yg runcing mengalir darah segar,
akan tetapi tubuhnya tidak nampak menjadi lurus. Malah terkesan semakin melingkar dgn erat.
Rombongan tidak tega menyaksikan kondisi
trenggiling itu dan melambaikan tangan memberi isyarat tidak ingin diteruskan lagi.
Pemuda penjual masih belum puas,
diambillah jepitan besi lalu menjepit trenggiling kemudian diletakkan di atas api panggangan.
Sisiknya yg keras rontok dan bau terbakar menebar luas.
Tetapi posisi trenggiling tetap tidak berubah.
Pemuda penjual tidak berdaya lagi.
Dia menggelengkan kepala sambil berkata trenggiling ini pasti bermasalah.
Tidak layak dikonsumsi sambil membuangnya ke lahan pasir yg terletak di belakangnya.
Kemudian dipilihnya lagi dua ekor yg lain,
kali ini proses
pengolahan berjalan lancar dan tidak sampai 5 menit selesai.
Selanjutnya teman itu berkata,
ketika temannya sedang membayar,
tanpa disengaja dilihatnya trenggiling naas tadi yg di buang di atas pasir per-lahan2 meluruskan tubuhnya,
kelopak matanya terbuka sedikit,
disusul beberapa kedutan lalu menjadi lurus kaku dan tidak bernyawa lagi.
Seiring tubuhnya menjadi lurus,
mereka dikejutkan oleh gerakan lembut dari perut yg terkapar.
Muncul seekor trenggiling kecil yg tubuhnya transparan hanya sebesar tikus.
Perlahan ia membuka mulut kecilnya,
seakan memanggil induknya yg sudah tak bernyawa.
Pemandangan tsb membuat semua orang terpana.
Dalam sekejap,
saya merasakan darah dalam tubuh bergelora, kepala dan rambut seakan membengkak,
air mata bergulir dari kelopak.
Berat badan trenggiling itu tidak lebih dr 5 kg.
Dan tubuhnya telah mengalami bantingan dan pembakaran.
Tetapi sampai napas terakhirnya masih saja melindungi anaknya.
Tubuh yg telah terpanggang setengah matang,
sisik pun rontok semua, namun masih tetap berhasil melindungi keutuhan jiwa dan raga anaknya.
Kekuatan semangatnya telah jauh melampaui batas kehidupan......
"Cinta kasih" induk hewan begitu mengharukan.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar